Sejarah Islam Indonesia: Aksi Bela Islam, Bukan Hanya Pembelaan

 
Empat belas Oktober 2016, merupakan pencatatan sejarah ummat muslim se-Indonesia, Aksi Bela Islam I yang terjadi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia. Aksi ini diikuti berbagai organisasi masyarakat (ormas) islam se-Indonesia. Satu bulan kurang sepuluh hari, Aksi Bela Islam II (Aksi Damai 411) adalah Aksi 4 November 2016. Diikuti ratusan ribu ummat muslim se-Indonesia yang tumpah di Istana Negara Republik Indonesia, keinginan untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo, namun tujuan ini tidak terpenuhi, dan hanya bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla serta Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, massa kecewa. 2 Desember 2016--Aksi Bela Islam III, 11 Februari 2017--Aksi Bela Islam IV (Aksi Damai 112), 21 Februari 2017--Aksi Bela Islam V (Aksi Damai 212), 31 Maret 2017--Aksi Bela Islam VI (Aksi Damai 313), 5 Mei 2017--Aksi Bela Islam VII (Aksi Damai 55).



Sumber: Wikipedia - Aksi Bela Islam

Tujuh aksi damai demi mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kembali pada pengamalan Pancasila, Pembukaan UUD 1945, jati diri masyarakat Indonesia yang dikenal dunia sebagai Negara Toleransi Beragama. Ke-Bhinneka Tunggal Ika-an ini seolah-olah lepas, akibat dari satu permasalahan yang terlontarkan melalui lisan manusia. Terkoyaknya jati diri bangsa sebagai negara dengan mayoritas agama Islam, namun negara ini memiliki lebih dari satu agama, dan hal ini tidak menjadi masalah karena semua Warga Negara Indonesia hidup berdampingan antar satu agama dengan agama lain, dimana bisa melihat Masjid, Gereja, Pura, Vihara, Klenteng terletak di satu lokasi dan bersebelahan? Hanya di Indonesia!

Awal mula permasalahan negara ini, hakikat Bhinneka Tunggal Ika yang damai, bahagia, saling menghormati, namun semua itu berubah 180 derajat setelah insiden Al-Maidah. Bagi sebagian orang, ada yang biasa saja, ada yang merasa terhina. Bukan suatu masalah! Karena persoalan ini adalah terkait agama. Bagaimana rasanya jika KITAB SUCI Anda dihina begitu saja? Yang diprihatinkan lagi, semata-mata hanya kepentingan politik sesaat! Politik itu berbeda dengan Agama, saya rasa unsur pendidikan ini sudah diberikan pada tingkat pendidikan dasar, biarlah agama sebagai pondasi hidup manusia di muka bumi ini. Bhinneka, "beraneka ragam", Tunggal "satu", Ika "itu", berbeda-beda namun tetap satu, itulah Indonesia. 

Sumber: detikperistiwa

Menggerakan hati berratus-ratus ribu, berjuta-juta masyakarat muslim Indonesia, tidak hanya sekali, namun berkali-kali, hanya untuk kebersamaan, menjaga apa itu "Bhinneka Tunggal Ika" sejak merdeka hingga sekarang, menghormati segala perbedaan yang ada. Kedamaian hidup bersama akan terwujud apabila menghormati semata, menghayati filosofi kebhinnekaan dan kebersamaan dalam perbedaan. Ini unik, ketika suatu sekolah umum, berisikan murid-murid yang beragama berlain-lain, dalam satu kelasnya mereka tetap kompak gotong royong, bersatu untuk menjadi padu, kebersamaan adalah hal yang dapat mengalahkan perpecahan. Karena mereka tahu, bagiku agamaku, bagimu agamamu, jangan mengusik satu sama lain, tidak menyampuri ibadah dan unsur-unsur keagamaan satu sama lain.

Virus baru di kehidupan manusia saat ini ialah muncul penghina-penghina agama baru. Virus, dapat menular, dapat menyebar, dengan mudah dan cepat, tanpa memandang bulu obyek targetnya. Sadarlah karena sejatinya kita sedang diuji Bhinneka Tunggal Ika kita ini, apa yang akan diceritakan oleh anak cucu kita kelak? Akankah mereka akan diajarkan sebagai bibit barunya? Katakan tidak sekarang juga!

Seperti Narkoba, katakan tidak pada Narkoba, dan katakan tidak pada penistaan agama, katakan bahwa kalian mendukung untuk hukuman para penista agama, jagalah warisan para pahlawan yang telah memerdekakan bangsa ini, bangsa yang sedang berkembang, bangsa yang sedang membangun jembatan emas, yang akan meraih tujuan bangsa Indonesia yang tertera jelas dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Ingat, untuk kebhinnekaan dan kebersamaan, keadilan untuk menghukum penista agama tentulah kita berharap hukum bisa berdiri kokoh serta memberi keadilan yang setimpal bagi siapapun yang menista agama apapun. Demi NKRI yang Bhinneka Tunggal Ika!

Merdeka!



09/05/2017

Komentar