Studium Generale: Restorasi Ekosistem Gambut Oleh Kepala Badan Restorasi Gambut RI

Senin (9/4/18) Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman mendapat kesempatan menerima kunjungan dari Kepala Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia Ir. Nazir Foead, M.Sc., dan diberikan kesempatan untuk menyampaikan kuliah umum mengenai "Restorasi Ekosistem Gambut". Kepala Badan Restorasi Gambut didampingi Kepala Deputi IV Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut (BRG) Dr. Haris Gunawan yang keesokan harinya, Selasa (10/4/18) ditugaskan untuk diskusi dengan Tim Kerjasama Fakultas Biologi membahas kerjasama antara Badan Restorasi Gambut dan Fakultas Biologi serta TOR Seminar Internasional.


Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia (BRG) adalah lembaga nonstruktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BRG dibentuk 6 Januari 2016, melalui Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Badan Restorasi Gambut. BRG bekerja secara khusus, sistematis, terarah, terpadu, dan menyeluruh dalam rangka mempercepat pemulihan dan pengembalian fungsi hidrologis gambut yang rusak terutama akibat bencana kebakaran hebat dan kekeringan. Sebagai pengantar kegiatan ini Dekan Fakultas Biologi, Dr.rer.nat Imam Widhiono MZ dalam sambutannya menyampaikan bahwa, “Restorasi ekosistem gambut merupakan tantangan yang berat untuk Indonesia, dan merupakan hal yang masih asing dikarenakan masih terbatasnya para pakar dan ahlinya sehingga menjadi suatu tantangan tersendiri yang harus dihadapi bersama, semakin banyak pakarnya, permasalahan gambut menjadi cepat terselesaikan”.

Kepala BRG, Ir. Nazir Foead, M.Sc. menyampaikan poin-poin penting mengenai restorasi ekosistem gambut, kesatuan hidrologis gambut dan tantangannya di Indonesia, yang mana gambut adalah berasal dari kumpulan daun-daun, ranting-ranting, yang gugur dari pohonnya dan menumpuk serta tidak hancur oleh pembusukan maupun bakteri, dengan pH sekitar 2.5. Gambut sangat kaya akan karbon, terutama karbondioksida, karena tidak terdapat bakteri dekomposer pada gambut. Kebakaran gambut diakibatkan adanya kekeringan pada tanah gambut, dan pemadamannya bukan hanya via udara saja, melainkan melalui kanal bawah permukaan tanah gambut untuk mendinginkan bara api di bawah tanah.

Menurut beliau, berdasarkan Pasal 23 ayat (3) tentang Tinggi Muka Air (TMA) di lahan gambut adalah lebih dari 0.4 meter. Korelasi TMA di lahan gambut dengan jumlah titik api selama 12 Tahun terjadi kenaikan tajam ketika TMA kurang dari 40 cm, serta curah kekeringan yang tinggi ketika TMA mengalami penurunan sampai 1.2meter, ketika rata-rata terjadi pada bulan September menjelang akhir hingga awal November.

Beliau menuturkan bahwa alasan dibentuknya BRG antara lain:
  1. Kebakaran gambut yang sering terjadi di Indonesia.
  2. Terjadinya degradasi ekosistem gambut.
  3. Perubahan paradigma pengelolaan ekosistem gambut di Indonesia.
Metode restorasi lahan gambut juga dijelaskan oleh beliau, Ir. Nazir Foead, M.Sc., yaitu rewetting, revegetation, dan revitalization. Ekosistem gambut memiliki nilai penting untuk kehidupan. Mazhab lama mengenai pengelolaan gambut sedang diubah menjadi praktek yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, dari sisi ekologi, sosial, dan ekonomi. Pemantauan secara real-time untuk upaya perbaikan terus menerus.

Sumber: bio unsoed

Komentar