Penentuan Hari Islam: Hisab dan Rukyah

Puasa Ramadhan tahun ini dimulai secara resmi oleh pemerintahan Indonesia, Kementerian Agama Republik Indonesia menetapkan awal 1 Ramadhan Tanggal 27 Mei 2017. Adapun bukti yang menguatkan hal itu antara lain terlihatnya Hilal di empat titik. Apa itu hilal? Hilal adalah terbitnya atau telah muncul bulan baru yang menandakan awal bulan puasa bagi umat Islam di seluruh dunia. Lantas benarkah hanya rukyah yaitu melihat dengan mata kepala sendiri untuk menyaksikan munculnya bulan baru tersebut, dengan bersumpah untuk mempertanggungjawabkan hasil pengamatannya?

Sumber: Muslim.or.id

Dahulu Nabi Muhammad SAW melakukan 10x rukyah, dengan hasil 9x sukses, dan 1x gagal. Rasulullah SAW menyaksikan hilal di dataran Arab, yang mana wilayah Saudi Arabia sebagian besar rata tidak bergunung-gunung serta memudahkan untuk pengamatan langit pada malam hari. Hal ini memungkinkan bahwa melakukan rukyah sebagai syarat mengetahui mulainya awal bulan Ramadhan mudah dilakukan, mengingat wilayah Arab yang telah dijelaskan tadi. Lantas bagaimana dengan daerah suatu negara/wilayah yang mana memiliki medan pegunungan, atau banyak gunung, dan tidak rata seperti Saudi Arabia?

Hisab merupakan metode modern bagi umat Islam, untuk memudahkan dalam hal seperti contoh diatas. Bahwa wilayah Indonesia sebagian besar pegunungan dan memiliki banyak sekali gunung baik gunung aktif maupun gunung mati. Dengan menggunakan rukyah, dibantu alat astronomi seperti teropong, akan sangat sulit, dan hal itu juga dipengaruhi oleh cuaca, serta jumlah polusi cahaya, yang mana polusi cahaya akan menutupi area langit sehingga kemungkinan melihat benda-benda langit atau di luar bumi adalah sulit, hal ini dikarenakan oleh sebagian masyarakat menggunakan alat bantu penerangan di malam hari yang sangat berlebihan sehingga cahaya yang seharusnya malam hari berasal dari cahaya bulan dan sedikit penerangan, namun penerangan dengan alat listrik yang berlebihan membuat cahaya menjadi tercemar keluar ruangan dan gedung sehingga lingkungan sekitar menjadi terang dan langit menjadi terpapar polusi cahaya yang besar.

Untuk dapat melihat dengan jelas benda-benda langit hanya dapat dilakukan pada daerah yang memiliki minim polusi cahaya dan biasanya berada di dataran tinggi seperti pegunungan, atau pantai. Dalam hal ini sangat jelas bahwa hanya bermodalkan rukyah saja belum cukup, sehingga seiring berjalannya waktu dan teknologi memudahkan pekerjaan manusia, dengan perhitungan ilmu astronomi muncul ilmu hisab, yaitu perhitungan tanggal pada kalender islamiyah. 

Hisab pada masa Rasulullah SAW memang tidak ada, karena pada saat itu belum memiliki teknologi ini, sehingga masih menggunakan rukyah, namun saat ini teknologi berkembang maju, dan metode baru ditemukan untuk menghitung peredaran benda-benda langit yang berada di sekeliling bumi di Galaksi Bimasakti ini. 

Pada dasarnya, penentuan 1 Ramadhan menggunakan kedua metode ini, yang kemudian diselaraksan dan dipadukan keduanya, dengan rapat besar bersama ulama-ulama, pemimpin organisasi masyakarat islam, serta ilmuwan muslim dan pemimpin atau wakil dari beberapa negara-negara muslim, untuk menentukan hasil Sidang Isbat yang memunculkan satu keputusan yaitu dimulainya awal puasa, serta kelak awal Bulan Syawal, atau Idul Fitri.



Purwokerto, 3 Ramadhan 1438 H / 29 Mei 2017

Komentar